C.Individu, Keluarga dan Masyarakat
Tujuan Instruksional Umum :
Mahasiswa dapat memahami dam menghayati berbagai masalah sosial yang berhubungan dengan perkembangan individu dan keluarga
Tujuan Instruksional Khusus :
- Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian individu
- Mahasiswa dapat menjelaskan penngertian pertumbuhan
- Mahasiswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
- Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian fungsi keluarga
- Mahasiswa dapat menyebutkan macam-macam fungsi keluarga
- Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian keluarga
- Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian masyarakat
- Dll
PENDAHULUAN
Manusia
pada dasarnya adalah makhluk yang hidup dalam kelompok dan mempunyai
organisme yang terbatas di banding jenis mahluk lain ciptaan Tuhan.
Untuk mengatasi keterbatasan kemampuan organisasinya itu, menusia
mengembangkan sistem-sistem dalam hidupnya melalui kemampuan akalnya
seperti sistem mata pencaharian, sistem perlengkapan hidup dan
lain-lain. Dalam kehidupannya sejak lahir manusia itu telah mengenal dan berhubungan dengan manusia lainnya.
Naluri manusia untuk selalu hidup dan berhubungan dengan orang lain
disebut “gregariousness” dan oleh karena itu manusia disebut mahluk
sosial. Dengan adanya naluri ini, manusia mengembangkan pengetahuannya
untuk mengatasi kehidupannya dan memberi makna kepada kehidupannya,
sehingga timbul apa yang kita kenal sebagai kebudayaan yaitu sistem
terintegrasi dari perilaku manusia dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Dengan demikian manusia dikenal sebagai mahluk yang
berbudaya karena berfungsi sebagai pembentuk kebudayaan, sekaligus apat
berperan karena didorong oleh hasrat atau keinginan yang ada dalam diri
manusia yaitu :
- Menyatu dengan manusia lain yang berbeda disekelilingnya
- Menyatu dengan suasana dalam sekelilingnya
Manusia itu pada hakekatnya adalah mahluk sosial, tidak dapat hidup menyendiri. Ia merupakan “Soon Politikon” , manusia itu merupakan mahluk yang hidup bergaul, berinteraksi.
Perkembangan dari kondisi ini menimbulkan kesatuan-kesatuan manusia, kelompok-kelompok sosial yang berupa keluarga, dan masyarakat.
Maka terjadilah suatu sistem yang dikenal sebagai sistem kemasyarakatan
atau organisasi sosial yang mengatur kehidupan mereka, memenuhi
kebutuhan hidupnya.
MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU
Individu
berasal dari kata latin “individuum” artinya yang tidak terbagi, maka
kata individu merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk menyatakan
suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan
berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi,
melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya dengan pembicaraan
mengenai keluarga dan masyarakat manusia, dapat pula diartikan sebagai
manusia.
Dalam
pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut individu bila pola
tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola
tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia
yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas di dalam lingkungan
sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku
spesifik dirinya.
Dalam
perkembangannya setiap individu mengalami dan dibebankan berbagai
peranan, yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup dengan sesama
manusia. Seringakli pula terdapat konflik dalam diri individu, karena
tingkah laku yang khas dirinya bertentangan dengan peranan yang dituntut
masyarakatnya. Namun setiap warga masyarakat yang namanya individu
wajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya sebagai bagian dari perilaku
sosial masyarakatnya.
Pertumbuhan Individu
Perkembangan manusia yang wajar dan normal harus melalui
proses pertumbuhan dan perkembangan lahir batin. Dalam arti bahwa
individu atau pribadi manusia merupakan keselurhan jiwa raga yang
mempunyai cirri-ciri khas tersendiri. Walaupun terdapat perbedaan
pendapat diantara para ahli, namun diakui bahwa pertumbuhan adalah suatu
perubahan yang menuju kearah yang lebih maju, lebih dewasa.
Timbul
berbagai pendapat dari berbagai aliran mengenai pertumbuhan. Menurut
para ahli yang menganut aliran asosiasi berpendapat, bahwa pertumbuhan
pada dasarnya adalah proses asosiasi. Pada proses asosiasi yang primer
adalah bagian-bagian. Bagian-bagian yang ada lebih dahulu, sedangkan
keseluruhan ada pada kemudian. Bagian-bagian ini terikat satu sama lain
menjadi keseluruhan asosiasi. Dapat dirumuskan suatu pengertian tentang
proses asosiasi yaitu terjadinya perubahan pada seseorang secara tahap
demi tahap karena pengaruh timbal balik dari pengalaman atau empiri luar
melalui pancaindera yang menimbulkan sensations maupun pengalaman dalam
mengenal keadaan batin sendiri yang menimbulkan sensation.
Menurut aliran psikologi gestalt pertumbuhan adalah proses
diferensiasi. Dalam proses diferensiasi yang pokok adalah keseluruhan
sedang bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian dari
keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain.
Jadi menurut proses ini keseluruhan yang lebih dahulu ada, baru kemudian
menyusul bagian-bagiannya. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ini
adalah proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam
mengenal suatu yang semula mengenal sesuatu secara keseluruhan baru
kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.
Konsep aliran sosiologi tentang pertumbuhan menganggap
pertumbuhan itu adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari
sifat mula-mula yang asosial atau juga sosial kemudian tahap demi tahap
disosialisasikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan:
- Pendirian Nativistik. Menurut para ahli dari golongan ini berpendapat bahwa pertumbuhan itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir
- Pendirian Empiristik dan environmentalistik. Pendirian ini berlawanan dengan pendapat nativistik, mereka menganggap bahwa pertumbuhan individu semata-nmata tergantung pada lingkungan sedang dasar tidak berperan sama sekali.
- Pendirian konvergensi dan interaksionisme. Aliran ini berpendapat bahwa interaksi antara dasar dan lingkungan dapat menentukan pertumbuhan individu.
Tahap Pertumbuhan Individu berdasarkan psikologi :
1. Masa vital yaitu dari usia 0.0 sampai kira-kira 2 tahun.
Pada masa vital ini individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya.
2. Masa estetik dari umur kira-kira 2 tahun sampai kira-kira 7 tahun
Masa estetik ini dianggap sebagai masa pertumbuhan rasa
keindahan. sebenarnya kata estetik diartikan bahwa pada masa ini
pertumbuhan anak yang terutama adalah fungsi pancaindera. Dalam masa ini
pula tampak muncul gejala kenakalan yang umumnya terjadi antara 3 tahun
sampai umur 5 tahun. Anak
sering menentang kehendak orang atau, kadang sampai menggunakan kata –
kata kasar, dengan sengaja melanggar apa yang dilarang dan tidak
melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
3. Masa intelektual dari kira-kria 7 tahun sampai kira-kira 13 tahun atau 14 tahun
Ada beberapa sifat khas pada anak-anak masa ini antara lain :
a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah
b. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan, permainan yang tradisional
c. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri
d. Kalau tidak dapat menyelesaikan ssesuatu soal maka soal itu dianggap tidak penting
e. Senang membandingkan dirinya dengan anak lain
f. Adanya minat kepada kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit
g. Amat realistik ingin tahu, ingin belajar
h. Gemar membentuk kelompok sebaya
4. Masa sosial, kira-kira umur 13 atau 14 tahun sampai kira-kira 20 – 21 tahun
KELUARGA DAN FUNGSINYA DIDALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Keluarga adalah unit/satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok
ini dalam hubungannya dengan perkembangan individu sering dikenal
dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahrikan individu
dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat.
Keluarga merupakan gejala universal yang terdapat
dimana-mana di dunia ini. Sebagai gejala yang universal, keluarga
mempunyai 4 karakteristik yang memberi kejelasan tentang konsep keluarga
.
1. Keluarga
terdiri dari orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah
atau adopsi. Yang mengiakat suami dan istri adalah perkawinan, yang
mempersatukan orang tua dan anak-anak adalah hubungan darah (umumnya)
dan kadang-karang adopsi.
2. para
anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah dan
mereka membentuk suatu rumah tangga (household), kadang-kadang satu
rumah tangga itu hanya terdiri dari suami istri tanpa anak-anak, atau
dengan satu atau dua anak saja
3. Keluarga
itu merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling
berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak
laki-laki dan anak perempuan
4. Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas.
Koentjaraningrat membedakan 3 macam keluarga luas berdasarkan bentuknya :
- keluarga luas utrolokal, berdasarkan adapt utrolokal, terdiri dari keluarga inti senior dengan keluarga-keluarga batih/inti anak laki-laki maupun anak perempuan
- keluarga luas viriolokal, berdasakan adapt viriolokal, terdiri dari satu keluarga inti senior dengan keluarga-keluarga inti dari anak-anak lelaki
- Keluarga luas uxorilokal, berdasarkan adapt uxorilokal, terdiri dari satu keluarga inti senior dengan keluarga-keuarga batih/inti anak-anak perempuan
Emilie Durkheim mengemukakan tentang sosoiologi keluarga dalam
karyanya “Introduction a la sosiologi de la familie”. bersumber dari
karya Emilie inilah muncul istilah keluarga konjugal. Keluarga conjugal
adalah keluarga dalam perkawinan monogamy,terdiri dari ayah, ibu, dan
anak-anak. Keluarga konjugal sering juga disebut keluarga inti atau
keluarga batih, untuk membedakannya dengan keluarga inti atau
konsanguin. Contoh: keluarga besar (konsanguin) dalam lingkungan bangsa
Indonesia antara lain terdapat pada keluarga suku batak. Keluarga suku
batak terhimpun berdasarkan pada garis marga, misalnya maraga harahap,
Nasution, simbolon, atau simanjuntak.
Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakn didalam atau oleh keluarga itu. Macam-macam fungsi keluarga adalah
- Fungsi biologis
- Fungsi Pemeliharaan
- Fungsi Ekonomi
- Fungsi Keagamaan
- Fungsi Sosial
MASYARAKAT SUATU UNSUR DARI KEHIDUPAN MANUSIA
Masyarakat adalah suatu istilah yang kita kenal dalam kehidupan
sehari-hari, ada masyarakat kota, masyarakat desa, masyarakat ilmiah,
dan lain-lain. Dalam bahas Inggris dipakai istilah society yang berasal
dari kata latin socius, yang berarti “kawan” istilah masyarakat itu
sendiri berasal dari akar kata Arab yaitu Syaraka yang berarti “ ikut
serta, berpartisipasi”
Peter L Berger, seorang ahlisosiologi memberikan definisi
masyarakat sebagai beriktu : “ masyarakat merupakan suatu keseluruhan
kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya.”. Koentjaraningrat dalam
tulisannya menyatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia atau
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu
rasa identitas bersama. Dalam psikologi sosial masyarakat dinyatakan
sebagai sekelompok manusia dalam suatu kebersamaan hidup dan dengan
wawasan hidup yang bersifat kolektif, yang menunjukkan keteraturan
tingkah laku warganya guna memenuhi kebutuhan dan kepentingan
masing-masing. Menilik kenyataan dilapangan, suatu masyarakat bias
berupa suatu suku bangsa, bisa juga berlatar belakang dari berbagai
suku.
Dalam perkembangan dan pertumbuhannya masyarakat dapat digolongkan menjadi :
- Masyarakat sederhana. Dalam lingkungan masyarakat sederhana (primitive) pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, nampaknya berpangkal tolak dari latar belakang adanya kelemahan dan kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi tantangan-tantangan alam yagn buas saat itu.
- Masyarakat Maju. Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelomok sosial, atau lebih dikenal dengan sebuatan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai. Dalam lingkungan masyarakat maju, dapat dibedakan
a. Masyarakat
non industri. Secara garis besar, kelompok ini dapat digolongkan
menjadi gua golongan yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. Dalam
kelompok primer, interaksi antar anggotanya terjdi lebih intensif,
lebih erat, lebi akrab. Kelompok ini disebut juga kelompok face to face
group. Sifat interaksi bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan
simpati. Pembagian kerja atau pembagian tugas pada kelompok ini dititik
berakan pada kesadaran, tanggungjawab para anggotadan berlangsung atas
dasar rasa simpati dan secara sukarela. Dalam kelompok sekunder terpaut
saling hubungan tidak langsung, formal, juga kurang bersifat
kekeluargaan. Oleh karena itu sifat interaksi, pembagian kerja, diatur
atas dasar pertimbangan-pertimbagnan rasional obyektif. Para anggota
menerima pembagian kerja atas dasar kemampuan atau keahlian tertentu,
disamping dituntut target dan tujuan tertentu yang telah ditentukan.
b. Masyarakat Industri. Contoh tukang roti, tukang sepatu, tukang bubut, tukang las
D.Pemuda dan Sosialisasi
Tujuan Instruksonal Umum :
Mahasiswa
dapat memahami dam menghayati masalah –masalah kepemudaan ,
identitasnya sebagai pemuda yang sedang belajar di perguruan tinggi
Tujuan Instruksional Khusus :
- Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian pemuda
- Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian sosialisasi
- Mahasiswa dapat menjelaskan internalisasi belajar dan sosialisasi
- Mahasiswa dapat menjelaskan proses sosialisasi
- Mahasiswa dapat menjelaskan peranan sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat
- Mahasiswa dapat menjelaskan pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda
- Dll
PENDAHULUAN
Pemuda
adalah golongan manusia manusia muda yang masih memerlukan pembinaan
dan pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan
mengisi pembangunan yang kini telah berlangsung, pemuda di Indonesia
dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan
kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada dasarnya tidak
mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda.
Proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik
di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat membawa pengauh yang
besar pula dalam membina sikap untuk dapat hidup di masyarakat. Proses
demikian itu bisa disebut dengan istilah sosialisasi, proses sosialisasi
itu berlangsung sejak anak ada di dunia dan terus akan berproses hingga
mencapai titik kulminasi.
Jadi
jelaslah sekarang keragaman pemuda Indonesia dilihat dari kesempatan
pendidikannya serta dihubungkan dengan keragaman penduduk dalam suatu
wilayah, maka proses sosialisasi yang dialami oleh para pemuda sangat
rumit. Sehubungan dengan perkembangan individu pemuda itu sendiri dan
dalam rangka melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua, maka
pengalaman-pengalaman yang dialaminya itu kadang membingungkan dirinya
sendiri.
Pemuda Indonesia
Pemuda
dalam pengertian adalah manusia-manusia muda, akan tetapi di Indonesia
ini sehubungan dengan adanya program pembinaan generasi muda pengertian
pemuda diperinci dan tersurat dengan pasti. Ditinjau dari kelompok umur,
maka pemuda Indonesia adalah sebagai berikut :
Masa bayi : 0 – 1 tahun
Masa anak : 1 – 12 tahun
Masa Puber : 12 – 15 tahun
Masa Pemuda : 15 – 21 tahun
Masa dewasa : 21 tahun keatas
Dilihat dari segi budaya atau fungsionalya maka dikenal istilah anak, remaja dan dewasa, dengan perincian sebagia berikut :
Golongan anak : 0 – 12 tahun
Golongan remaja : 13 – 18 tahun
Golongan dewasa : 18 (21) tahun keatas
Usia
0-18 tahun adalah merupakan sumber daya manusia muda, 16 – 21 tahun
keatas dipandang telah memiliki kematangan pribadi dan 18(21) tahun
adalah usia yang telah diperbolehkan untuk menjadi pegawai baik
pemerintah maupun swasta.
Dilihat
dari segi ideologis politis, generasi muda adalah mereka yang berusia
18 – 30 – 40 tahun, karena merupakan calon pengganti generasi terdahulu.
Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup
tempat pemuda berada terdiri atas 3 katagori yaitu :
1. Siswa, usia antara 6 – 18 tahun, masih duduk di bangku sekolah
2. Mahasiswa usia antara 18 – 25 tahun beradi di perguruan tinggi dan akademi
3. Pemuda di luar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi yaitu mereka yang berusia 15 – 30 tahun keatas.
Akan tetapi, apabila melihat peran pemuda sehubungan dengan pembangunan, peran
itu dibedakan menjadi dua yaitu
1. Didasarkan
atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan
lingkungan. Pemuda dalam hal ini dapat berperan sebagai penerus tradisi
dengan jalan menaati tradisi yang berlaku
2. Didasarkan
atas usaha menolak menyesuaikan diri dengan lingkungan. Peran pemuda
jenis ini dapat dirinci dalam tiga sikap, yaitu : pertama jenis pemuda
“pembangkit” mereka adalah pengurai atu pembuka kejelasan dari suatu
masalah sosial. Mereka secara tidak langsung ktu mengubah masyarakat dan
kebudayaan. Kedua pemuda pdelinkeun atau pemuda nakal. Mereka tidak
berniat mengadakan perubahan, baik budaya maupun pada masyarakat, tetapi
hanya berusaha memperoleh manfaat dari masyarakat dengan melakukan
tidnakan menguntungkan bagi dirinya, sekalipun dalam kenyataannya
merugikan. Ketiga, pemuda radikal. Mereka berkeinginan besar untuk
mengubah masyarakat dan kebudayaan lewat cara-cara radikal,
revolusioner.
Kedudukan pemuda dalam masyarakat adalah sebagai mahluk moral, mahluk sosial.
Artinya beretika, bersusila, dijadikan sebagai barometer moral kehidupan bangsa dan
pengoreksi. Sebagai mahluk sosial artinya pemuda tidak dapat berdiri sendiri, hidup
bersama-sama, dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma, kepribadian, dan
pandangan hidup yagn dianut masyarakat. Sebagai mahluk individual artinya tidak
melakukan kebebasan sebebas-bebasnya, tetapi disertai ras tanggung jawab terhadap diri
sendiri, terhadap masyarakat, dan terhadap Tuhan Yang maha Esa.
Sosialisasi Pemuda
Melalui
proses sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang
akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu
bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan
lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab.
Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial.
Proses
sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan
sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan
nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi
dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan
dan perkembangannya. Oleh
karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian
seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan
kesadaran terhadap diri sendri dan memandang adanya pribadi orang lain
di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya
sebutan “aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit
dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
1. Dalam
proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah
memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya.
Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai, tidak dipercaya; atau
sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt dipercaya
2. Dalam
proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang
bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar
memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial
Bertitik
tolak dari pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda dimulai dari umur
10 tahun dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan jalur
organisasi formal atau informal untuk berperan sebagai mahluk sosial,
mahluk individual bagi pemuda
Thomas Ford Hoult, menyebutkan bahwa proses sosialisasi adalah
proses belajar individu untuk bertingkah laku sesuai dengan standar yang
terdapat dalam kebudayaan masyarakatnya. Menurut R.S. Lazarus, proses
sosialisasi adalah proses akomodasi, dengan mana individu menghambat
atau mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan lingkungan, dan
mengembangkan pola-pola nilai dan tingkah laku-tingkah laku yang baru
yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat
INTERNALISASI, BELAJAR DAN SPESIALISASI
Ketiga kata atau istilah tersebut pada dasarnya memiliki pengertian
yang hampir sama. Proses berlangsungnya sama yaitu melalui interaksi
sosial. istilah internasilasasi lebih ditekankan pada norma-nroma
individu yang menginternasilasikan norma-norma tersebut. Istilah belajar
ditekankan pada perubahan tingkah laku, yang semula tidak dimiliki
sekarang telah dimiliki oleh seorang individu. istilah spesialisasi
ditekankan pada kekhususan yagn telah dimiliki oleh seorang individu,
kekhususan timbul melalui proses yang agak panjang dan lama.
0 komentar:
Posting Komentar